Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Saung Angklung Udjo: Membangun Warisan Budaya Sunda






Saung Angklung Udjo: Membangun Warisan Budaya Sunda

Saung Angklung Udjo, sebuah tempat yang memancarkan keindahan budaya Sunda, adalah persembahan dari seorang pria yang mencintai dan mendedikasikan hidupnya untuk melestarikan seni musik dan budaya tanah Sunda. Udjo Ngalagena, atau lebih dikenal sebagai Mang Udjo, adalah sosok yang melibatkan diri dalam menjaga keberlanjutan warisan budaya lewat alunan angklung.

Perjalanan Mang Udjo
Lahir pada tahun 1929, Mang Udjo tumbuh dengan gemar mempelajari musik, lagu Sunda, pencak silat, dan tarian tradisional Sunda. Pada tahun 1966, Mang Udjo memulai perjalanan pentingnya dengan merintis pembangunan Saung Angklung Udjo. Saung ini menjadi markas besar bagi pelestarian dan pendidikan angklung dan budaya Sunda di Indonesia.

Mirip dengan tokoh kreatif dunia seperti Walt Disney, cita-cita Mang Udjo membangun Saung Angklung Udjo menjadi sebuah kenyataan meski baru terwujud ketika ia sudah berusia tua. Mang Udjo dan Walt Disney sama-sama meneguhkan prinsip bekerja dan hidup dengan penuh cinta terhadap karya dan tujuan hidup mereka.

Prestasi dan Pengakuan Internasional
Hasil dari upaya Saung Angklung Udjo tidak hanya dirasakan di tingkat nasional, tetapi juga secara internasional. Sebagai bukti pengakuan atas keberhasilannya, angklung resmi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda dari Indonesia oleh UNESCO empat tahun lalu. Tanggal 16 November bahkan diresmikan sebagai Hari Angklung Sedunia. Saung Angklung Udjo memainkan peran kunci dalam pencapaian ini, menjadi pelopor dalam melestarikan dan mempromosikan seni budaya melalui angklung.

Pengalaman Saung Angklung Udjo
Setiap hari, Saung Angklung Udjo menyajikan pertunjukan panggung yang menggabungkan unsur drama musikal tradisional, teater, tarian, dan tentu saja, musik angklung. Pengunjung dapat menikmati tempat yang nyaman dengan panggung besar, tata suara dan cahaya yang apik. Selain itu, tersedia beragam souvenir khas Indonesia di area belanja, serta kafe dan kantin untuk menikmati hidangan khas Sunda.

Pendidikan dan Pemeliharaan Angklung
Saung Angklung Udjo bukan hanya tempat pertunjukan, tetapi juga pusat pendidikan. Mereka mendirikan kelas-kelas pendidikan musik, tarian, dan angklung tanpa memungut biaya. Mulai dari anak-anak hingga mahasiswa, Saung Angklung Udjo berhasil mencetak sekitar 500 murid yang sekarang tersebar di seluruh dunia. Filsafat utama mereka adalah bekerja dengan cinta, tanpa memandang bayaran, dan hal ini telah mengantarkan mereka ke panggung internasional.

Angklung: Pesona Alam yang Abadi
Mengajarkan anak-anak tentang musik angklung bukanlah tugas yang mudah. Angklung, sebagai alat musik bambu, memiliki aturan sendiri. Sejak tahun 1935, Pa Daeng Soetigna mengembangkan angklung menjadi nada diatonis atau yang dikenal sebagai tangga nada "do re mi fa sol la si do".

Angklung sendiri diyakini telah hadir sejak abad ke-18, berasal dari suku Baduy, masyarakat Sunda asli. Bagi mereka, angklung memiliki nilai sakral dan hanya boleh dimainkan pada waktu-waktu tertentu, seperti saat awal musim menanam padi. Beberapa teori bahkan menyatakan bahwa angklung memiliki akar dalam budaya ritual Hindu di Nusantara.

Angklung, sebagai bunyi-bunyian alam dari bambu, menciptakan harmoni yang abadi saat bersinergi dengan cinta manusia. Saung Angklung Udjo bukan hanya menjadi saksi sejarah alat musik ini, tetapi juga menjadi garda terdepan dalam menyebarkan pesona budaya Sunda ke seluruh dunia. Dengan dedikasi dan cinta, Saung Angklung Udjo terus menjadi penjaga warisan budaya Sunda yang tak ternilai.

Posting Komentar untuk "Saung Angklung Udjo: Membangun Warisan Budaya Sunda"